HOME | Tempat Jajanan Asyik | Resep Masakan Khas | Kalender Wisata | Jalan Jalan Yuk

Thursday, January 12, 2012

Kapal Kecil Dilarang Berlayar Cuaca Buruk

PONTIANAK—Administrator Pelabuhan Pontianak melarang kapal-kapal dengan ukuran tertentu untuk berlayar. Larangan ini dikeluarkan sejak 9 Januari 2011 karena pertimbangan cuaca buruk. Kepala Adpel Pontianak, Kapten Sudiono, mengatakan, larangan tersebut tidak berlaku untuk semua kapal tetapi hanya bagi kapal-kapal dengan ukuran tertentu.     “Gelombang besar dan angin kencang sehingga untuk sementara kapal-kapal itu tidak kita izinkan untuk berlayar,” katanya kemarin. Kepala Seksi KPLP Adpel Pontianak, Suhardi menambahkan, pelarangan dikeluarkan berdasarkan laporan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Semua ini demi keselamatan pelayaran.

    Dari laporan BMKG, gelombang di perairan Natuna dan Karimata tergolong tinggi. Adapun kapal-kapal yang dilarang berlayar adalah kapal dengan ukuran di bawah 1000 GT. Menurut Suhardi, di Pelabuhan Pontianak, jenis kapal di bawah 1000 GT cukup banyak. Bahkan, sebagian kapal dengan tujuan Pontianak-Sunda Kelapa hanya berkapasitas 400-600 GT.     Khusus untuk kapal-kapal besar seperti milik Pertamina dan kapal Pelni, larangan ini tidak berlaku. Sebab, ketinggian gelombang diperkirakan tidak akan terlalu mengganggu pelayaran kapal tersebut. “Kapal Pertamina tetap berangkat. Lawit juga boleh berangkat karena kapal ini lebih dari 5000 GT.
Terakhir KM Lawit berangkat dari sini tanggal 10 Januari,” ungkapnya.     Suhardi memperkirakan, larangan berlayar untuk kapal di bawah 1000 GT tidak akan berlangsung lama. Sebab, dari laporan BMKG, kondisi cuaca sudah mulai membaik. Ketinggian gelombang cenderung semakin menurun. “Ombak sudah mulai turun. Dari 3 sampai 4 meter, sekarang tinggal 2 sampai dengan 2,5 meter. Mungkin tanggal 13 ke atas sudah bisa berlayar kembali,” ujarnya.

    Belakangan ini, diakui kondisi cuaca ekstrem sering terjadi. Untuk tahun 2012 saja, yang belum berjalan selama dua pekan, Adpel sudah dua kali mengeluarkan pelarangan berlayar untuk kapal kecil. Kali pertama, larangan dikeluarkan pada 2 Januari 2012. Larangan tersebut sempat berlaku selama beberapa hari dan kemudian kembali normal seiring dengan membaiknya cuaca. Namun, tepatnya 9 Januari 2012, larangan yang sama terpaksa dikeluarkan lagi oleh Adpel karena cuaca kembali memburuk.

Gelombang Mulai Turun

 Kabar baik bagi nelayan dan sektor pelayaran. Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Klas IV Pontianak, Prada Wellyantama menyatakan ketinggian gelombang hingga 16 Januari mendatang mengalami penurunan.
”Gelombang sudah agak turun. Hanya saja tiga hari kedepan masih terjadi hujan di beberapa perairan,” ujar Prada di Pontianak, Rabu (11/1).Di wilayah perairan Laut Cina Selatan Utara Natuna, Kepulauan Natuna, dan Kepulauan Anambas ketinggian gelombang dari 12 sampai 13 Januari berkisar 4 sampai 5 meter. Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1), gelombang mulai turun yakni berkisar 2,5 sampai 3 meter.
Pada wilayah perairan Singkawang-Sambas dari 12 sampai 13 Januari, ketinggian gelombang berkisar 3 sampai 4 meter. Angin bertiup dengan kecepatan 20 sampai 24 knot dari timur laut. Pada 14 hingga 15 Januari, ketinggian gelombang turun menjadi 2 sampai 3 meter dengan kecepatan angin berkisar 15 sampai 20 knot. ”Hujan masih mengguyur perairan di sana,” kata Prada.

Penurunan tinggi gelombang juga terjadi di wilayah perairan Pontianak. Kamis (12/1) dan Jumat (13/1), ketinggian gelombang mencapai 3 meter. Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1), ketinggian gelombang turun menjadi 0,5 sampai 1,2 meter. Begitu pula di perairan Karimata, ketinggian gelombang yang mencapai 4 meter turun menjadi 1,5 meter pada Sabtu (14/1) dan Minggu (15/1). Angin bertiup dengan kecepatan 8 sampai 13 knot dari utara-barat laut.  ”Di wilayah perairan Ketapang gelombang juga turun. Dari 2 sampai 4 meter pada Kamis dan Jumat besok, turun menjadi 0,3 sampai 0,7 meter pada Sabtu dan Minggu keesokan harinya,” ungkap Prada. Ia menambahkan tingginya gelombang sepekan belakangan dikarenakan perbedaan tekanan di Selatan Australia. Selain itu, juga terjadi perbedaan tekanan antara belahan bumi bagian utara dan selatan. ”Perbedaan tekanan ini menyebabkan angin. Angin berpengaruh pada ketinggian gelombang,” timpalnya. (ron/uni)


Sumber : Pontianak Post

0 comments:

Post a Comment