HOME | Tempat Jajanan Asyik | Resep Masakan Khas | Kalender Wisata | Jalan Jalan Yuk

Tuesday, January 17, 2012

Beras Stabil Sayur Naik

PONTIANAK - Sejumlah konsumen mengeluhkan harga sayuran seperti sawi kriting serta tomat jawa yang kian melonjak. Kondisi ini juga sangat berpengaruh dengan penghasilan pedagang sayuran yang sepi pembeli.
“Mau tak mau sih walaupun mahal konsumen membeli karena kan kebutuhan. Tetapi sejak harganya melonjak, konsumen tidak seramai biasanya,” ucap pedagang sayuran di kawasan Pasar Tengah Rosyi kepada Pontianak Post, Senin (16/12).

Diakui Rosyi, di musim penghujan dan gelombang besar seperti saat ini membuat sejumlah kapal barang tidak berani melaut, sehingga pasokan tomat dari jawa sampai saat ini masih kosong. Hanya tersedia tomat lokal yang harganya relatif murah. Menurutnya, harga tomat besar dari jawa perkilogramnya berkisar Rp30.000, sedangkan tomat lokal hanya Rp15.000. Namun yang banyak diminati sebagian masyarakat adalah tomat jawa yang harganya relatif lebih mahal dari tomat lokal.
“Waktu awal tahun baru, bahkan harga tomat jawa perkilogramnya hampir Rp40.000,” jelas Rosyi.
Untuk tetap mempertahankan pelanggan setianya, walau hanya memiliki keuntungan sedikit, dia tetap memilih menjual tomat jawa. “Kan banyak yang langganan, apalagi misalnya yang menjual ayam kremes, atau pecal,” imbuhnya.
Sementara untuk sawi kriting, di musim penghujan dan banjir yang tidak menentu, sayuran kebanyakan tidak subur. Banyak diganggu hama sehingga harganya melonjak. Awalnya perkilogram hanya Rp2.000 kini menjadi Rp8.000. “Kalau sayur biasa sih naiknya hanya seribu dua ribu saja, yang paling menonjol tomat dan sawi kriting,” jelasnya.
Hal tersebut juga dibenarkan pedagang sayuran lainnya Tomi. Paling rendah ia berani menjual tomat jawa perkilogramnya Rp26.000, sedangkan paling tinggi rata-rata Rp30.000. Tentunya dengan keuntungan yang standar.
“Yah, kalau tomat jawa per onsnya berani menjual  Rp3.000. Konsumenpun kan banyak menyukai tomat jawa, tidak beli perkilo, per onspun bisa,” tuturnya.
Pedagang berharap, kondisi cuaca seperti saat ini bisa secepatnya berakhir. Tidak hanya keuntungannya yang menurun, pedagangpun khawatir kehilangan pelanggan setianya, akibat terlalu mahalnya harga sayuran yang dianggap vital tersebut.
“Kalau murah, konsumen banyak yang membeli, otomatis keuntungan bertambah. Semoga bisa cepat normal kembali,” tandasnya.
Sementara itu, monitoring harga yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Barat menunjukkan stok sejumlah bahan kebutuhan pokok dalam keadaan aman, khususnya beras dan gula pasir. Harga-harga barang juga relatif masih stabil. Karena itu, masyarakat tidak perlu resah.
“Setiap hari kita selalu melakukan survei di empat pasar di Pontianak sebagai sampel yaitu di pasar Flamboyan, pasar Kemuning, pasar Mawar dan pasar Dahlia,” ungkap Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri dan Kemetrologian Disperindag, Paskaria Ema, Senin (16/1). Selain itu, pengecekan juga sudah dilakukan di Gudang Bulog dan distributor. “Stok kita banyak,” katanya.
Tren naiknya harga beras di tingkat pusat sebagaimana yang diberitakan Pontianak Post kemarin, tidak terjadi di Kalbar. Dari pantauan Disperindag, harga beras masih stabil. Rata-rata harga beras IR 64 mencapai Rp8.650 per kg, IR 42 Rp9.725 per kg dan beras Siam Rp9.350 per kg. Harga ini masih sama dengan harga di hari sebelumnya. Begitu pula dengan gula pasir. Rata-rata harga gula pasir mencapai  Rp11.675 per kg.
Mengenai stok beras, Ema menyebutkan, Disperindag memang tidak mendata secara keseluruhan stok tetapi hanya mencatat stok dari pedagang antar-pulau. Per Desember 2011, stok beras terdata sebanyak 13.463,138 ton. Itu belum termasuk stok yang ada di Gudang Bulog dan produksi petani lokal.
“Untuk beras, Kalbar tidak terlalu masalah karena ada beras Bulog dan ada juga produksi lokal. Demikian juga dengan minyak goreng karena kita pun ada produksi pabrik lokal,” katanya.
Sedangkan untuk gula pasir, stok yang tercatat adalah sebanyak 2.530 ton. Stok tersebut segera akan ditambah oleh distributor. Diperkirakan stok tambahan tersebut akan tiba di Kalbar sebelum Imlek. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, gula pasir sempat langka di Kalbar karena pengaruh gelombang laut yang tinggi sehingga menghambat proses pengangkutan dari luar pulau.
Ema juga menyebutkan, jika mengacu pada data BPS, konsumsi rata-rata beras masyarakat adalah sebanyak 11,58 kg per kapita per bulan. Dengan jumlah penduduk sebesar 4.395.983 jiwa, maka total kebutuhan beras penduduk Kalbar mencapai 50.905 ton per bulan atau 610.866 ton per tahun.
Sedangkan konsumsi gula pasir diperkirakan rata-rata sebanyak 1,28 kg per kapita per bulan. Jadi, total kebutuhan masyarakat Kalbar mencapai 5.627 ton per bulan atau 67.522 ton per tahun. Apabila terjadi kondisi luar biasa, seperti lonjakan harga dan ketersediaan barang kurang, Disperindag menyatakan siap untuk melakukan operasi pasar bersama instansi terkait lainnya.
Sementara itu, Mimi (26), seorang warga mengaku tidak mempersoalkan tentang stok atau harga barang kebutuhan pokok menjelang Imlek. Ia hanya khawatir saat perayaan Imlek nanti, sebagian besar pemilik toko memilih tutup dalam waktu lama sehingga masyarakat sulit untuk berbelanja beberapa kebutuhan. (ron/ila)

Sumber : Pontianak Post

0 comments:

Post a Comment